Pesawat terbang betulan

Pagi itu cahaya kuning keemasan tampak semburat diufuk timur, menandakan sebentar lagi sang surya akan menyinari bumi. Di penghujung tahun akademis, seperti biasanya acara liburan saya isi dengan mencari kerja. Kali ini saya bersyukur berkat pertolongan P. Rangkuti – Mantan Komandan Batalyon VII, saya dan beberapa anggota menwa terpilih, ikut malakukan survey ke daerah transmigrasi di daerah Tembilahan Propinsi Riau.
Yang pertama kali muncul dalam benak saya adalah honor yang saya terima dan pergi naik pesawat terbang hmmm.
Perkara apa yang akan dikerjakan disana, ntar aja nggak peduli, yang penting dapat kerjaan, dapat duit, lega rasanya.
Berangkat naik pesawat terbang dari Bandara Kemayoran, kurang lebih satu setengah jam diangkasa, mendaratlah kami di Bandara Pekanbaru Riau.
Satu malam kami menginap di hotel  Tun Tedja, ditengah kota Pekanbaru.
Paginya dengan menumpang bus kecil kami berangkat. Jarak yang kami tempuh cukup jauh, menghabiskan waktu satu hari satu malam.
Sepanjang jalan yang terlihat hanya hutan dan rumput ilalang yang tinggi dan debu debu sepanjang jalan. Ketika menyeberang sungai, bis yang kami tumpangi ini harus dinaikkan ke atas perahu penyeberangan.
Selesai menurunkan perlengkapan survey, sekitar lima belas orang, kami siap berangkat lagi dengan menggunakan perahu tok-tok. Hampir satu hari kami baru nyampai di lokasi.
Sempat kami makan siang di sebuah warung pinggir sungai, masakan padang kelihatannya, Cuma masakannya terasa asin dilidah.

Base camp survey adalah salah satu rumah transmigran yang kosong. Juru masak tim adalah  kami sendiri secara  bergantian.
Waktu kami mencari air untuk menenak nas,. mutar kesana kemari, air yang ada  warnanya coklat, yang kami cari air putih bersih, sama sekali nggak ada.
“Air untuk masak dan minum ya yang warna coklat itu, nggak apa-apa...” kata warga transmigran memberitahu kami
Hmmm, kami harus makan dan minum air coklat itu, pengalaman pertama.
Kenapa airnya berwarna coklat?
Air yang ada disana itu berasal dari hujan kemudian masuk ke lahan gambut dan melewati akar2 pohon, makanya warnanya jadi coklat begitu.
Tim pertama membawa bor tanah dan perlengkapan lain, bertugas untuk mengambil sample tanah, yang kemudian akan dianalisa di laboratorium tanah.
Tim kedua membawa daftar pertanyaan dan catatan lain, tugasnya mewawancarai transmigran. Beberapa pertanyaan yang berhasil dihimpun akan dilaporkan ke kantor. Saya masuk tim kedua.
Tugas tidak berat, tapi jalannya itu, belum ada jalan yang dibangun menuju lokasi transmigrasi itu.
Dalam hati saya berpikir, bagaimana mungkin proyek yang tidak manusiawi ini dipaksakan untuk dihuni, kasihan. Mereka hidup terpencil dan nggak bisa kemana-mana.
Mereka berasal dari daerah Wonosobo dan Gunung kidul. Maklum aja sebagian rumah pada kosong,
“Mereka pada melarikan diri, keluar dari komplek ini” kata salah seorang transmigran yang saya wawancarai
Hampir seminggu kami disana, sebelum pulang ke Jakarta, dari hotel yang sama, kami melakukan hubungan dengan Jakarta tentang data-data yang sudah kami dapatkan.
Ternyata data itu masih kurang, sebagian dari kami harus balik ke lokasi dan sebagian harus pulang ke Jakarta. Lagi-lagi saya menganggap beruntung, karena yang tinggal  sebanyak 5 orang itu, salah satunya adalah saya. lumayan honor bertambah....
Kalau perjalanan pertama menuju lokasi butuh dua hari satu malam, perjalanan kali ini butuh waktu hanya beberapa menit.
Dari Pekanbaru kami naik pesawat kecil SMAC-Sumatra Maskapai Air Charter menuju bandara Japura Tembilahan.
Selesai ambil data di lokasi, kami masih ada waktu, kami pergunakan berkunjung ke rumah orang tua komandan kami, Diederik Willem Tou, rumahnya dekat bandara Japura.
Disana kami disambul hangat oleh keluarga Om Tou Ayah Diederik, kebetulan Komandan lagi di Bogor, tidak pulang.
Jalan-jalan ke kota Tembilahan adalah acara yang tidak kami lewatkan. Negara Singapura dengan gedung2 pencakar langit tampak jelas dari pantai Tembilahan. Ingin  rasanya nyeberang kesana karena terlihat begitu dekat.
Saya sempat beli jaket tentara Korea, celana jean yang harganya, hmmm.. murah nian, hampir separo dari harga di Jakarta.
Perjalan pulang di mulai dari Bandara Japura Tembilahan, kami naik SMAC menuju Bandara  Sultan Thaha Jambi, tidak melewati Bandara Pekanbaru.  Dari Jambi transit sebentar di Palembang terus ke mendarat Kemayoran Jakarta,

Backpacker ala Menwa
Sampai di Bogor, liburan masih seminggu lagi. Pengumuman kenaikan tingkat sudah ada di kotak surat Markas. Saya buka, saya  Lulus dan dinyatakan naik tingkat 3 dengan IP dua koma alhamadulillah, istilah untuk naik tingkat dengan IP pas-pasan.
Uyun-yg juga ikut rombongan survey terakhir, ngajak saya ke Bandung rumah dia, kebetulan  dia pengin ikut jalan-jalan keliling Jawa Timur, ikut saya pulang.

Ibuk dan bapak kebagian rezeki sedikit, saya bilang nggak bisa ngasih banyak karena uang yang saya terima akan saya pakai untuk bayar biaya hidup, dan bayar kos beberapa bulan lalu.

Tour keliling jawa timur, kami berusaha tetap berhemat,  model backpecker gitu lah, tidur di masjid atau di kantor polisi biar gak bayar, saya nggak berani foya-foya, perkuliahan masih panjang dan jauh.
Kami kunjungi kota Surabaya, Madura, Makam Bung Karno di Blitar, Makam Kusni Kasdut (penjahat Klas Kakap waktu itu) di Probolinggo dan tanpa balik lagi ke Pasuruan kami cabut ke Jakarta naik KA Ekonomi.
Naik KA Ekonomi inipun kami cari akal bulus biar murah.
Berdua kami pakai seragam menwa yang sangat mirip tentara itu-Cuma nggak ada pangkatnya, bersepatu lars hitam, lengkap dengan baretnya dan tak lupa kami menggunakan jaket korea yg terkenal itu, agar pangkatnya nggak kelihatan he he he..
Langsung masuk stasiun Pasarturi, nunggu beberapa saat, kereta tiba kami segera naik.
Naik kereta tanpa beli karcis. Nah nggak pakai karcis itulah yang kami sebut sebagai penghematan ala menwa.
Hanya saja kami tahu diri, kami nggak duduk di kursi, tapi kami duduk di bordes, beralaskan koran, duduklah kami di tangga KA itu.
Ada dua kali pemeriksaan karcis, yaitu ketika akan memasuki stasiun Bojonegoro dan setelah melewati kota Tegal.
Setiap kali diperiksa, kami beri hormat dan tangan kami seolah-olah merogoh kantong baju agar dikira akan mengeluarkan kartu anggota (padahal anggota menwa he  he he). Pak Kondekturpun cukup bijaksana, memberi salam hormat kembali tanpa minta kartu anggota. Aman….hemat…

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

RINGKASAN TULISAN

Kisah dalam Blog ini saya mulai dari saat kecil saya. Peristiwa yang tidak bisa saya lupakan adalah hujan abu, ketika gunung agung di Bali meletus, ini membuat desa saya selama 3 hari 3 malam serasa malam, karena gelap terus sepanjang hari. Peristiwa G-30-S PKI adalah peristiwa berikutnya yg pernah saya alami dan terasa miris dan memilukan.

Sekolah SMP saya letaknya disebelah barat lapangan besaran. Luasnya hampir dua kali lapangan sepak bola. Di sebelah barat lapangan itu ada bangunan tua, bekas rumah atau kantor pejabat pemerintah Hindia belanda. Disana bangunan SMP saya itu berada.

Siswi baru itu ternyata pindahan dari sekolah lain. Sopan dalam bicara, santun dalam bersikap. Putih bersih kulitnya. Teman saya memberi julukan si Mutiara dari Masamba. Di bagian ini saya curahkan betapa cinta itu memberi energi yang luar biasa.

Dibagian cerita ini, saya merasakan begitu bahagia. Masa SMA adalah masa terindah. Agaknya saya berbeda dengan yang lain, karena di saat ini biasanya cinta itu tumbuh. Namun saya merasakan keberhasilan yang lain selain cinta. Bagi saya, cinta itu masih melekat dari masa sebelum ini.

Jatuh dan bangun dalam kehidupan saya rasakan disini. Sampai saya punya pendangan bahwa kebanggaan saya bukan karena tidak pernah gagal, tapi kebanggaan saya adalah bagaimana bisa bangkit setiap kali jatuh.

Adalah tulisan Prof. Andi Hakim Nasution, intinya menceriterakan bahwa di IPB ternyata tidak sedikit anak yang gak mampu dalam segi biaya seperti saya. Tulisan ini dikutip dari Majalah TEMPO 24 Januari 1976.

Adalah kumpulan kata mutiara cinta, ada sekitar 105 pasal. Anda dapat menambahkan kata mutiara cinta milik anda disini, kalau pengin lihat hasilnya Klik disini.

Blogger Template by Blogcrowds