Mutiara dari Masamba


Jempol


Siang itu matahari begitu terik, cuaca panas menyengat, saya berjalan sambil berlari kecil untuk menghindari panas, kadang-kadang berteduh dibawah pohon yang rindang, sebentar kemudian berpindah ke jalur lain yang juga teduh.
Sampai di sekolah belum terlihat ramai, cuma tidak seperti biasanya,  halaman dan ruangan di dalam ruang kelas kelihatan lebih bersih,  meja guru dilapisi taplak dan ada vas bunga segala.
Sesuatu yang baru lainnya juga muncul, ada seorang siswi cantik, berkulit putih bersih, putihnya bagaikan mutiara, sorot matanya tajam.
Siapa dia ..?
Wah jadi serba salah..

Rupanya hari itu ada inspeksi dari kepala sekolah SMPN 2 Pasuruan,  yang datang adalah sang Kepala Sekolah sendiri,  Bp. Anwar Walawa, untuk memeriksa secara berkala, apakah  SMP ini telah melaksanakan kurikulum yang benar dan memenuhi standard operasional.
Inspeksi dilakukan dari kelas yang satu, berpindah ke kelas yang lain
Kini giliran kelas kami diperiksa, waktu itu sedang pelajaran Ilmu Ukur, pengajarnya  P. Joeswadi.
Setelah berbasa basi, menanyakan pelajaran apa sekarang, tiba-tiba P. Anwar Walawa membuat soal, bagaimana menentukan suatu titik lingkaran dengan bantuan dua garis sembarang yang memotong garis lingkarannya?

Waduh semua pucat, berdebar-debar, P. Joes menyuruh saya maju ke papan tulis.
Dengan ucapan bismillah dalam hati saya maju kedepan.
Ternyata gadis yang baru tadi- belum tahu namanya, ada di kelas kami, rupanya dia adalah siswa pindahan.
Ini,  menambah debar jantung saya, gimana nanti kalau salah, wah malu, tujuh turunan....
Mula-mula dengan bantuan jangka, saya membuat lingkaran, kemudian saya buat garis yang memotong garis lingkaran itu, dari kedua titik perpotongan antara garis lurus dan garis lingkaran itu saya menggunakan jangka lagi, dengan jari -jari yang lebih kecil dibandingkan dengan lingkaran yang saya buat pertama tadi, saya buat dua goresan.
Dari dua titik pertemuan pada goresan tadi saya tarik garis lurus memotong lingkaran.
Saya sempat melirik temen-teman, semua pada terkesima, ada rasa was-was, khawatir dan semua kelihatannya cemas, tidak terkecuali - gadis cantik - siswi baru tadi.
Pekerjaan belum selesai, titik pusat lingkaran belum jelas, belum bisa ditentukan.
Dengan cara yang sama, saya buat di sisi lain pada lingkaran tersebut, mulai dari menarik garis lurus dan seterusnya.
Ketika saya tarik garis terakhir, dari pertemuan garis  memotong lingkaran tadi,  maka ketemu lah pusat lingkaran yang ditanyakan oleh Kepala Sekolah SMPN2 Pasuruan tersebut.
Alhamdulillah semua senang, bernafas lega.
Saya mendapat pujian  dan ucapan selamat
Sebelum kembali duduk, saya melirik siswi yang mencuri perhatian saya itu, dia senyum, saya mengangguk sambil membalas senyum, tanpa saya duga-duga eh.. dia menunjukkan ibu jarinya.... wah … asyik nih
saya jadi senang  dan sesaat berkhayal jauh, alangkah senang nya bisa dekat dengan dia. he he he..
Apakah ini yang kemudian disebut jatuh cinta...pada pandangan pertama.

Waktu istirahat, saya dikerubungi temen, kaya selebriti gitu... he he he.(ih narsis). banyak yang memberi selamat sambil menggoda,
"untung ada kamu” kata Sentot
“kalo nggak, bisa gawat kita..." kata Purwoko

Namanya Nur'aini berasal dari Masamba.
"Waduh cantiknya ...." kata Samsudi
Tampak dari dekat, kulitnya terlihat putih bersih, sebersih mutiara
Asal tahu aja, raut mukanya itu mirip  Andi Meriem Matalata-Penyanyi di TV itu lho.
Teman-teman kemudian memberi julukan padanya, sang Mutiara dari Masamba -  MdM.

Dari situlah ada perasaan baru dalam hati ini, kepingin hari cepat berlalu, pengin cepat siang agar cepat sekolah lagi, agar cepat ketemu dia lagi.
Belajar di rumah kayak orang kesurupan, apa yang diajarkan hari ini, saya bikin ringkasannya.
Pelajaran untuk besoknya saya baca-baca meskipun belum diajarkan oleh guru, sekaligus bikin catatan, apa-apa yang tidak saya mengerti saya buat pertanyaannya, maksudnya agar pertanyaan saya kelihatan berbobot dan bermutu,  cihuyyy…..

Hari terus berganti dan terasa indah, penguasaan pelajaran saya kelihatan semakin meninggalkan temen-teman, rapor saya tidak pernah turun selalu peringkat teratas, terima kasih Nur'aini, kamu telah membuat semangat belajarku semakin kuat dan ini menjadi kebiasaan dan cara belajar saya kelak memasuki perguruan tinggi.


Sayembara berhadiah

Rumah eyang saya menjadi tempat belajar sama-sama waktu malam hari, bahkan ada yang nginap segala.
Habis belajar malam, teman-teman pada ngomongin si mutiara dari masamba itu, intinya nggak ada yang nggak kagum semuanya memujinya.
"Ayo kita bikin sayembara," kata Suntani,
"Barang siapa yang memiliki foto dia, akan memenangkan sayembara ini, tapi dengan catatan, harus terima dari dia langsung, bukan bidikan sendiri dan sayembara ini akan berakhir hari senin depan, jelas..?"
"OK " kata temen yang lain
“Tiap peserta harus bayar Lima Rupiah dan yang menang akan mendapat semua uang yang terkumpul...” imbuh Suntani
Uang terkumpul 25-Rupiah, karena pesertanya hanya lima orang. Suntani, si pencetus ide, Samsudi si Pencukur Rambut, Sudjono, anak nya H. Kholik (Petani kaya), Sumarto anaknya P.Mun (Pemilik Bengkel Sepeda) dan saya sendiri (anaknya carik desa Cobanblimbing).

Setiap malam ada laporan perkembangan situasi, ada yang belum berani mencoba, ada yang baru ha ha he he, saya sendiri diam-diam sudah full action, hanya penyampaiannya masih mempelajari situasi yang kondusif.

Sebenarnya saya sudah mempunyai foto itu,
 ceritanya begini,
beberapa hari sebelumnya, ibu minta tolong saya diantar ke rumah bude Yasin, untuk menyerahkan kue pesanan bude, untuk arisan.
Kebiasaan di kampung kami memanggil bude adalah untuk menghormati orang yang lebih tua dari orang tua.
bude Yasin adalah temennya ibu dari perkumpulan  istri Veteran RI dan tempat domisilinya MdM - pujaan hati itu.
Sewaktu  ibu bicara  sama bude didalam rumah, saya nunggu diluar ditemani dia, yah terjadilah ngobrol sana sini.
Iseng-iseng waktu itu, saya beranikan diri minta fotonya.
dengan segala keringanan langkah kakinya, dia langsung bangkit, masuk kedalam rumah dan keluar lagi membawa foto yang dibungkus dengan kertas, bekas sobekan buku kayaknya, tapi nggak masalah bungkusnya, yang penting isinya ......

Pada hari yang telah ditentukan, ketua panitya sayembara merangkap anggota - Suntani, mengumumkan bahwa sayembara ditutup, tanpa ada pemenangnya, karena sampai detik terakhir tidak ada yang berhasil membawa target kehadapan mahkamah sayembara.
"Tidak bisa...."  sergah saya dari dalam rumah,
"Lihat hasilnya, " semua pada melongo, bengong nggak jelas, fotonya dilihat-lihat, seakan nggak percaya kalau itu foto MdM.
“Gimana?” kata saya bak pemenang
"Yah selamat, kamu yang menang " kata Suntani si pencetus ide,
“Ini hadiahnya... lumayan, 25 Rupiah.”
"Kalo gitu," kata saya, 
"hadiah uang ini kita belikan gorengan dan minuman,  kita makan rame-rame "
"Setuju...." sahut mereka bersamaan


Cinta Metrika

Kadang-kadang saya berpikir apakah ini sudah waktunya, atau apakah saya yang SMP ini boleh jatuh cinta?
Hobby saya yang lain adalah membaca buku. Novel yang saya baca habis adalah Pelangi dilangit Singosari, karya SH Mintardja disamping komik-komik Kho Ping Hoo. Pinjam nya di tempat persewaan komik di rumah CakBowi, di depan SD Pakijangan. Ketika saya cari-cari bacaan yang lain, di pojok kanan atas dari rak komik-komik itu saya menemukan buku kecil judulnya cinta-metrika.
Isinya lucu, kemudian saya pinjam juga di samping novel yang lain terus diam-diam saya foto copy.
Buku, Cinta -Metrika  ini semacam kumpulan kata mutiara cinta, entah siapa yang mengarang, isinya disusun sedemikian rupa, seperti halnya pasal-pasal dalam suatu undang-undang. Mungkin pengarangnya pernah belajar ilmu Ekonometrika-Prof. DR. I. B. Tekken dan saat itu sedang menjadi pengamat cinta, sehingga iseng-iseng  kata ekono dalam ekonometrika dia ganti dengan cinta, jadilah Cinta-metrika lucu he he he.
Pilihan materinya tidak berurutan, sekenanya, loncat sana loncat sini, tapi lumayanlah untuk hiburan..
Sebetulnya biasa saja, cuma dibuat agak keren dengan menyajikan uraian Aritmatika cinta, Algoritma, Logika dan disana ada  petuah singkat tentang cinta. Kelihatannya pasal-pasal yang ada tersebut akan terus bertambah dan berkembang, mengingat kasus-kasus baru tentang cinta terus berkembang-seiring dengan perkembangan jumlah dan watak manusia.
Ketika saya membaca pasal 97 disebutkan : Cinta dan perang cenderung tidak mematuhi hukum/peraturan. Heyyy?
Rupanya ini sedikit membuat saya mendapat inspirasi dari pertanyaan saya : Apakah saya yang masih anak kecil ini boleh jatuh cinta ?
Ah bodoh amat, cinta itu indah dan menambah semangat belajar saya, kenapa tidak?
Ya sudahlah saya coba memberanikan diri menafsir pasal 97 itu : Cinta dan perang cenderung tidak mematuhi hukum/peraturan.

Situasi semakin heboh dan membahana, waktu itu ada majalah berbahasa jawa ‘PanyebarSemangat’ terbit di Surabaya, salah satu cerita bersambung, judulnya Jerit Mahgrib, sedangkan nama bintangnya adalah Nur  dan Har (nama panggilan saya yang lain), wah ini jadi bahan pacok-pacok an - istilah di desa saya untuk mendekat-dekatan seseorang.
==Sungguh saya sangat kepingin memiliki cersam itu, kalau penerbit PanyebarSemangat, atau ada kolektor masih menyimpan serial Jerit Mahrib itu, saya mau membelinya==

Hobby dia olah raga terutama Volley dan atletik, saya juga seneng Volley, apakah ikut-ikutan dia?, boleh jadi.

Waktu pertandingan antar sekolah di Purwosari dan di Pasuruan dia jadi bintangnya, selain jago smash, yang pasti, cantiknya itu yang jadi perhatian..

Begitu juga waktu ada lomba lari 100 meter di Pasuruan, SMP kami mengirim 6 orang pelari cepat. Saya dan MdM termasuk dalam tim itu, namun sayang nggak ada yang dapat medali barang satupun, rekor saya hanya mencapai 13 detik, he he he yang penting sudah ikut.

Saat yang paling menyenangkan, waktu  Desa Wonorejo kedatangan dua orang menteri sekaligus, yaitu Bp. Prof.Wijoyo Nitisastro dan Bp.Prof Subroto, untuk meninjau langsung persediaan beras di KUD Wonorejo. 
Saat menunggu kedatangan tamu besar itulah saya merasa sangat dekat, dia bercerita tentang keindahan alam di Masamba, adat istiadat  dan bahasa yang berbeda dengan kami yang ada di desa ini, tawa canda dan senda gurau mengiringi keintiman kami, ditengah keramaian masyarakat yang sedang menunggu petinggi-negara itu.

Hari demi hari saya merasa begitu dekat, saya coba memberanikan diri menulis surat yang sangat pribadi, saya tak kuasa menahan gejolak dalam hati ini.
Diterima atau ditolak itu nomor lima belas, yang penting sudah menyampaikan, dari pada penasaran dan berharap tanpa alasan.

Ternyata dia balas,  tapi isinya menurut saya masih mengambang nggak jelas, perlu pendekatan dan pendalaman lebih lanjut.

Semangat belajar saya terpompa dan termotifasi sedemikan besar  biar kelihatan pinter – hasilnya memang luar biasa, saya akan menunjukkan itu.

Melalui survey dibantu gerombolan temen-teman dekat secara diam-diam, akhirnya saya yakini bahwa dia menerima saya, tanpa pemberitahuan lewat surat maupun lisannya.

Hubungan kami semakin dekat. Kelihatannya ia semakin mempercayai saya.
Wajahnya begitu cantik , untuk menggambarkan kecantikan wajahnya tidak cukup dengan kata,
kecantikan wajahnya mewakili berjuta kata yang  indah...
Tidak heran, banyak pemuda yang naksir, ada yang kakak lulusan  sekolah itu, bahkan banyak juga pemuda dari luar sekolah, Surat berdatangan silih berganti dialamatkan kepadanya.
Saya bukan mau mengada-ada, tapi itu fakta (GR dikit), setiap ada surat yang datang dari seseorang, atas seijin dia, kami buka surat-surat itu  berdua.
Untuk membalasnya, kami mengarang berdua, kami pilih dan susun kata serta tata bahasa yang sopan dan sesuai agar tidak melukai hati si pengirim surat itu, amboi.........
dan yang menggelikan surat dari pemuda-pemuda itu, saya yang disuruh simpan

Sabtu sore ketika bubar jam sekolah, lagi jalan pulang ramai-ramai, dik Win - adik kelas, membisiki,
"nanti malam, ada syukuran dirumah " katanya pelan
"maaf, undangan terbatas, jangan lupa ..." tambah dia
“InsyaAllah” kata saya sambil meng-angguk

Habis sholat Isya, seperti yang direncanakan saya datang sendiri melenggang ke rumah Dik Win, dia ini putrinya Pak Lek Manan dan Bulek Munik, tinggalnya di desa Pakijangan, masih kerabat dengan ibu dari mbah putri.
Pak lek Manan adalah  musikus, peniup saxophone yang handal di desa kami, sedangkan Bu lek Munik suaranya merdu, penyanyi  khas keroncong.
 Tidak heran kalau dik Win berhasil memenangkan Lomba Pop Singer di Pasuruan beberapa waktu yang lalu dan dirayakan hari ini.

Tamu-tamu sebagian sudah datang, duduk di teras tengah. Saya datang dijemput di tengah tangga menuju rumahnya, karena masih kerabat saya merasa nggak canggung melakukan cium pipi kiri - cium pipi kanan (cipika-cipiki)

Acara utama berupa sambutan dilanjutkan dengan doa dan makan malam bersama, nggak lupa nyanyi-nyanyi sampai larut malam.
Acara nyanyi belum selesai, karena sudah ngantuk saya pamit pulang, tak lupa mengucapkan selamat menjadi juara pop singer seluruh kabupaten Pasuruan. Plus cipika-cipiki, pulang dan tidur.

Hari Senin, datang ke sekolah seperti hari-hari lain biasa saja, tapi hari ini kok ada yang aneh.
Saya masuk ruang kelas meletak-kan tas, nggak lama kemudian MdM masuk, tapi kok gak ada tegur sapa ..?,
kok gak ada senyum yang membuat saya rindu-pengin cepat kesekolah ini..?
ada apa.? wah rasanya ada yang hilang.

Saya buntuti kemana dia pergi.
Jam masih menunjukkan jam 12.30 berarti masih ada waktu 30 menit.
Tanpa menoleh kebelakang dia terus berjalan menuju tangga sekolah, turun mendekati pohon jati yang daunnya lebat.
Begitu sampai disana, dia berbalik,  sorot matanya yang tajam itu  menatap mata saya tanpa senyum, serasa menusuk ulu hati saya.
"Ada apa mengikuti aku..?" katanya
"Saya ingin tanya ada apa kok kelihatan marah begitu.?" kata saya pelan
"Tidak ada apa-apa, hanya aku merasa risih, ketika saya dengar kamu datang sebuah pesta, dengan segala kegiatannya..." katanya dengan nafas yang ditahan
oooooo itu...
saya jadi maklum
"DikWin itu adik saya, masih kerabat dari ibu" saya mencoba menjelaskan
"Tidak apa-apa kok, aku cuma bilang risih, terserah kamu," dia menyela sambil melambaikan tangan, karena ada Surtiana lewat
"kalo itu masalahnya, saya minta maaf, sungguh saya nggak punya maksud apa-apa"

Teng -teng bel sekolah dibunyikan 10 menit sebelum pelajaran pertama dimulai, berarti perundingan damai ini harus berhenti,
selesai atau belum, perhelatan ini harus berakhir...
"Waduh ,,,sembrono sekali..i. " kata saya  dalam hati, belakangan baru saya temukan dan pelajari pasal 36, cinta metrika :
'Dalam aritmatika cinta, satu tambah satu sama dengan segalanya, dan dua tambah satu sama dengan hampa'

Pulang sekolah kelihatannya gencatan senjata belum reda, kondisi belum kondusif,
Sambil menenteng tas sekolah, agak berlari-lari saya mengejar Surtiana
"Sur, bantu saya tolong..."
"Kenapa..? dia marah ya? wow....?"
Saya menganggukkan kepala..
Surtiana adalah teman dekat nya MdM, satu bangku dan kelihatan mereka akrab sekali, kemana-mana selalu berdua.
"Ok, nanti kita cari  waktu yang baik.." kata dia sambil belok kiri kearah Jl. Utomo Pakijangan
"Trims ya, sampai ketemu besok.."
Besoknya yang ditunggu-tunggu tiba, tapi sampai bel pertama dibunyikan, nggak nongol dia..?
Berarti dia absen, dalam hati bertanya, kenapa dia gak masuk?, Apakah dia sakit? masih marah kah dia?
"Nanti  aku kerumahnya" kata Surtiana, ketika jam istirahat kedua berakhir.
Berhari-hari dia tidak masuk sekolah, kemana dia pergi??
Adalah Bu lek Tatik, istrinya paklik Ahmad (adiknya bapak) bercerita kepada saya,
"kemarin Nur'aini berangkat ke Kota Batu-Malang untuk berobat sekalian istirahat di kota yang sejuk itu" cerita bulek sambil menyerahkan bungkusan titipan untuk diberikan ke ibu.
Bu lek itu tinggal dekat jalan raya dan sebelah rumah ada jalan kecil, sehingga siapa saja warga belakang rumah yang akan bepergian, pasti mampir dirumah itu, untuk nunggu bis atau angkutan lainnya.
Karena kondisinya lemah Bu lek sempat merawatnya sampai ada bis lewat dan menuntun-nya ke dalam bis. Dia pergi ditemani oleh kerabatnya.

Seminggu berlalu, dalam keadaan melamun, tiba-tiba dari arah belakang ada yang menyenggol lengan saya,
"Hey DikMuji, gimana keadaan  MdM sekarang? "tanya saya
"sudah mendingan, sudah pulang dari kota Batu-Malang, ini  ada titipan surat dari dia.." kata dikMuji sambil pergi

Saya buka lipatan kertas kecil itu..
.....besok, datanglah lebih pagi, aku mau bicara............... salam

Ah.......... ada apa lagi nih, apa dia nulis sambil senyum atau sambil marah?????
wah gawat

Kami ketemu lagi ditempat kesukaan dia, di bawah pohon jati yang rindang itu, posisi nya memang strategis, dia hanya kelihatan dari arah barat saja, dari arah lain tidak tampak.

"Alhamdulillah, sudah sembuh kembali, dan mohon maaf saya tidak bisa menengok ke Batu-Malang" kata saya membuka percakapan
"Terima kasih,......tidak apa-apa, yang penting doanya...." dia membalas
Saya lihat air mukanya tidak seperti kemarin.
"Saya punya masalah......" kata dia lagi sambil matanya yang indah itu berkaca-kaca..
"Saya pengin pulang ke Masamba....."
"Kenapa ? sayang...?" hanya kata yang kata pertama, terucap di bibir.
"Apa karena saya kemarin" kata saya,
" maaf deh, saya nggak akan mengulangi lagi, biarpun itu masih saudara... " kata saya melanjutkan
"Bukan, bukan itu"
"Surtiana semalam mampir kerumah, cerita semua masalahmu dan akhirnya saya faham dan memaklumi. Saya memaafkanmu, bahkan saya sekarang yang harus minta maaf atas kemarahanku kemarin."
Alhamdulllah (dalam hati), “lantas kenapa ?”
"Kemarin  sebelum saya ke BatuMalang, tante marah, karena saya lupa mengangkat nasi yang sedang ditanak. Saya sedang belajar diruang tengah, tahu-tahu bau hangus dan ...Oops... nasinya jadi coklat kehitaman. Karena itulah tante marah berat...."
"Saya jadi sedih sekali, saya tidak pernah dimarahi seperti itu oleh ibu kandungku sendiri, ..."
"Bersabarlah……., mungkin bude sedang emosi, sehingga dia lupa, siapa yang dia marahi, saya yakin bude pasti berpikir ulang dan menyesal setelah memarahi kamu, " kata saya menghibur hatinya sambil sok tahu.

Pembicaraan kemudian saya alihkan ke hal-hal yang lain.
Sebelum lonceng pertama berbunyi dia sempat tertawa lagi dan itu yang saya tunggu - senyum lagi.

Kegemaran baru dia bermain 'dakon' (permainan tradisional-menggunakan kayu dilubangi dan diisi dengan batu-batu kecil) yang semakin hari semakin pandai saja.
Kalau ada jam pelajaran kosong dan kita boleh pulang lebih awal, kami manfaatkan waktu dengan bermain 'dakon',   di rumah Sugeng, dekat sekolah, karena dia  punya alatnya.
Kadang hanya berdua, kami memainkannya sambil bersenandung lagu kesukaan kami, yang dilantunkan Ade Manuhutu :
..........Virgo.............Lambang sifat yang tenang
..........Virgo.............Tak pernah rasa bimbang
..........oh...virgo

..........Virgo.............Tak pernah tinggi hati
..........Virgo.............Cintanya tulus suci
..........oh...virgo

..........Berbahagialah engkau ..........Berbahagialah engkau
..........Yang mendapatkan kekasih..........Bintang ini
 ..........Manja dan sayang pastilah..........Manja dan sayang pastilah
..........Akan aku rasakan..........Selama hidupmu

..........Kalau wanita..........Pasti rendah dan lembut
..........Hatinya..........Dan mesra wajahnya
..........Kalaulah pria..........Pasti mudah senyum
..........Bersahabat..........Pada siapa saja

..........Virgo.............Tak pernah rasa dendam
..........Virgo.............Mudah 'tuk memaafkan
..........oh...virgo
 ..........Bintang segala bintang

Kenapa kami suka lagu itu, karena ...., zodiac dia adalah Virgo dan bintang saya juga Virgo, sesuai.. Apalagi Cinta Metrika pasal 92 itu,  berbunyi begini :

Setiap hati menyanyikan lagu, belum sempurna, sampai sebuah hati lain membalasnya.  Mereka berdua berharap selalu menyanyikan sebuah lagu.  Ketika disentuh cinta, semua orang menjadi pujangga

Sore itu diatas jembatan dekat terminal bis Wonokromo Surabaya, banyak penjual kaki lima menjajakan barang dagangannya, kebetulan saya berkunjung ke rumah Pakde-Su (Kakaknya Ibu).

Saya mencari sesuatu, sambil lihat-lihat, apa yang bagus, buat hadiah untuk MdM.
Setelah berkeliling kesana-kemari, akhirnya saya temukan sebuah album bagus, ukuran sedang, langsung saya beli.
Suatu hari album itu saya serahkan ke MdM. Harapan saya, mudah-mudahan, album itu bisa awet dan salah satu isinya itu adalah foto saya, ha ha ha..

Untuk olah raga, kelas kami masuk pagi dan kebagian hari Rabu setiap minggunya. pengajarnya P. Ong, kami memanggilnya begitu, nama lengkapnya adalah P. Sumarsongko dari Pasuruan.
Biasanya dimulai dengan lari mutar lapangan sepak bola di desa Pakijangan, lima kali putaran, kemudian senam dan diakhiri dengan sepak bola atau permainan lainnya, tapi hari itu diisi volley.
Saya di tim kesatu dan dia tim kedua, satu tim terdiri dua orang cewek dan empat orang cowok.
Saya seneng juga berlawanan dengan dia, supaya sekali-kali jadi musuh, tapi musuh yang "dicintai" he  he he....
Permainan berlangsung dan terjadilah saling mengolok-olok
"kecil......" kata saya
"payah ..., nggak ada perlawanan" kata saya lagi memanas-manasi dia
"hey awas lho, ayo kita serang lagi, " kata dia bersungut-sungut
Nah marahnya itu yang saya tunggu..........sungguh membuat  dia kelihatan lebih cantik
"Ayo bubaran, capek " kata temen lainnya
"Huuuu" yang lain protes
Permainan diakhiri, kami boleh pulang dan P. Ong Pulang ke Pasuruan, sementara kami masih duduk-duduk istirahat menghilangkan keringat sambil ngobrol-ngobrol.
Kebiasaan dia adalah membawa gunting kuku.
Tangan saya ditarik, tanpa minta ijin terlebih dulu kepada yang punya
dan ... klik guntingnya mulai bereaksi.
"Achhhhhhhh....." kata saya sambil meringis
"sakit ya?..... habis kamu sih berdiri, sini duduk yang benar" kata dia sambil menggeser tempat duduknya. Nah itu dia yang saya tunggu
habis berantem dalam permainan volley, sekarang mesra via gunting kuku...hemmm
"selesai..  siapa yang lain...." katanya sambil membersihkan bajunya dari percikan kuku
Djoko menyodorkan tangannya
"Heh gak boleh" saya melotot
"Kenapa ..." kata Djoko
"gak boleh.... bukan muhrim" kata saya dongkol, padahal bukan muhrimnya itu, tapi saya merasa cemburu
"Apa kamu muhrim nya... huuuuuu" kata Djoko protes
"ya udah... Ayo kita pulang, udah siang" kata MdM, ngerti kalau saya nggak suka

Jam sepuluh bubaran, karena jam dua belas harus kembali lagi kesekolah
Saya merasa seneng dan bangga ketika dia memperlakukan saya didepan teman-teman seperti itu.
Kadang saya berpikir, jangan-jangan pasal 22 Cinta-metrika itu salah, karena bunyinya begini
'Untuk yang sedang jatuh cinta, satu orang penonton sudah terlalu banyak' he he he
tapi kenapa saya senang dilihat mesra begitu didepan teman-teman.. ?
Boleh jadi pasal yang 37 itu benar: Cinta dan batuk tidak dapat disembunyikan
he he he


Kerapan (adu lari cepat) sapi

Jika masyarakat Pesisir Desa Lekok mempunyai tradisi skilot (bermain Sky di Lumpur) yang selalu digelar saban tahun, maka masyarakat Wonorejo mempunyai tradisi lomba kerapan sapi yang juga digelar setiap tahun. Hari itu tanggal 18 Agustus, keesokan hari setelah upacara bendera 17 Agustus, lomba adu cepat sapi itu digelar di Lapangan Be-sa-ran, Wonorejo. Pagelaran karapan sapi tersebut digelar dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
Ribuan warga penduduk Kecamatan Wonorejo, Pasuruan berdatangan, memadati lapangan be-sa-ran itu,
Tak kurang dari 20 peserta ikut meramaikan kegiatan yang dimulai sekitar pukul 09.00 WIB itu.
Acara itu dibuka oleh Kepala Dinas Pariwisata Pasuruan.
Para kontestan kerapan sapi selain dari Wonorejo, juga berasal dari berbagai kota/kabupatan di sekitar Pasuruan seperti, Probolinggo, Lumajang dan sekitarnya.
Karapan sapi merupakan bagian dari tradisi masyarakat Wonorejo dan sekitarnya.
Selain untuk memperingati hari kemerdekaan, kegiatan itu juga dimaksudkan untuk melestarikan tradisi nenek moyang sebagai bentuk rasa syukur masyarakat, atas hasil pertanian yang didapat.
Saat mengolah lahan, para petani biasa membajak sawah mereka dengan sapi. Ini sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil pertanian yang melimpah,

Karapan sapi yang digelar di Wonorejo ini berbeda dengan yang di Madura. Pasalnya, sapi-sapi yang ditampilkan tidak boleh berumur dari dua tahun. Demikian dengan usia joki nya, tidak lebih dari 12 tahun.

Dalam setiap partai ada dua peserta yang beradu cepat menempuh jarak  sekitar 100 meter di lapangan Be-sa-ran. Satu di sisi kanan, sementara yang lainnya di sisi kiri.
Sementara ribuan penonton yang menyaksikan kerapan berada di balik pagar bambu yang disediakan panitia lomba.
Pagar bambu ini dibuat memanjang di pinggir lapangan dari ujung timur lapangan hingga ujung barat.
Lalu di sisi utara lapangan, terdapat pentas sebagai tempat panitia mengumumkan partai selanjutnya dan para pemenang dalam setiap partai.
"Ayo penonton mundur sedikit, khawatir sapinya takut!" pinta panitia pada para penonton yang meluber di area finish kerapan sapi. Lalu sapi-sapi yang dilombakan dilepas dua-dua dalam setiap partai.
Kami berdua tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, pagi-pagi kami sudah bersiap diri mencari tempat yang agak tinggi agar bisa melihat  sapi-sapi itu masuk garis finish. Beberapa teman ikut bergabung, suasana menjadi semakin ramai.
"Ayo, ayo, ayo!" teriak dia  ketika sapi kerapan dilepas.
Tidak jarang lengan saya ditarik, dicengkeram gemas, ditekan kuat saat sapi jagoannya kalah masuk garis finis.
Kami nggak sadar telah ikut larut dalam kemeriahan pesta tradisionil tersebut. Saya puas melihat dia menikmati tontonan yang belum pernah ia saksikan sebelumnya dan ini membuat kenangan tersendiri yang amat dalam buat kami berdua.

Dalam lomba yang dimaksudkan untuk mendukung dunia pariwisata Pasuruan ini, pemenangnya dibagi dalam dua kategori, yakni kategori A dan B. Kategori A yakni delapan sapi yang menang dalam babak pertama, sedangkan kategori B yakni delapan sapi yang kalah di babak pertama. Selain mendapat tropi, peserta yang menang akan mendapat hadiah televisi.

Kegiatan kerapan sapi tersebut selain menjadi hiburan bagi masyarakat wonorejo diharapkan juga menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk berkunjung ke desa Wonorejo Kabupatan Pasuruan. Dengan demikian, hal itu juga akan berdampak pada masyarakat sekitarnya..


Kembali ke Masamba

Makan rujak cingur adalah makanan kegemaran kami setelah bakso, adalah yu Ti, penjual rujak yang warungnya ada di sebelah utara bangunan sekolah itu, kira-kira dua ratus meter jaraknya.
Sering kami makan disana.
Rujak dua piring, kolek (kolak) pisang, dua porsi, GPL- (jangan lama-lama)
Kebiasaan dia, ketika piring rujak dihidangkan, langsung dijadikan satu piring, kami makan berdua satu piring.
Dengan manja dia minta disuapi, saya juga dia yang menyuapi,
Yu Ti melirik ke kami sambil menyiapkan rujak pesanan orang lain dan geleng-geleng  kepala. "hmm.. anak jaman sekarang " gerutunya...
Hari itu hari Jum'at, memang waktu hari kamis kemarin, saya minta dia datang lebih awal agar bisa makan rujak berdua.
Sambil kepedasan, dia ngajak jalan ke Banyubiru, selasa depan karena libur. Banyubiru adalah sebuah  kolam renang yang terletak di kaki gunung semeru dekat umbulan. Umbulan sendiri adalah sumber/mata air yang volume nya sangat besar, kelak umbulan ini menjadi pemasok air minum untuk kota Surabaya.
"Kamu pernah ke kolam renang Banyubiru ?" katanya sambil menahan rasa pedas
"Pernah sih dulu, dua kali "
"Apa pemandangannya indah......?"
"Lumayan, disana ada sumber air umbulan, panorama disekitarnya bagus, nampak dari sana lereng gunung semeru yang indah" kata saya berpromosi
"Aku pengin kesana, mau antar nggak"
"Ngajak siapa saja?"
"Kita berdua saja"
"Ok ... ," kata saya,
"tapi...." belum selesai saya bicara dia memotong,
"Kali ini, aku  yang bayar, sekali-kali boleh bukan?", kata dia
"Uang kiriman dari Masamba hanya untuk beli buku dan alat tulis", dia menimpali
"Ya sudah, makasih sudah bikin repot" kata saya tanpa ada rasa malu atau gengsi karena saya merasa sangat dekat.
Saya membayangkan keindahan alam disekitar  kolam renang Banyubiru .........yang memang elok itu. Kami berjalan berdua, bergandengan tangan, duduk dibawah pohon rindang, ngobrol….
Sepanjang malam itu, saya memikirkan, acara apa ya yang cocok, kalau cuma ngobrol dan makan wah nggak seru.
Mungkin nyanyi berdua, tapi gimana gitarnya, kalau bawa dari rumah..eh  nggak deh... malu..sekali
Tapi bagaimanapun saya siapkan tiga syair lagu, satu lagu untuk dia nyanyikan, satu untuk saya dan satu lagi duet he he he.
Setiap lagu saya sisipkan juga cordnya biar tidak lupa, siapa tahu ada rombongan anak-anak muda yang bawa gitar, kita bisa bersama menyanyi sejenak.
Ah... hanya lamunan..


Dan barangkali itulah harapan kami yang paling indah -- tapi tidak pernah menjadi kenyataan..........

kenapa ? ..............

Langit diatas desa Wonorejo terlihat agak mendung, padahal masih musim kemarau, angin berembus kadang-kadang sepoi-sepoi tapi tiba-tiba berembus kencang menggoyang ranting dan dahan, daun kering berjatuhan seiring datangnya angin kencang itu.

Hari itu Sabtu tahun 1973 Mbak Lasmi, kakaknya dia, datang dari Ujung Pandang untuk menjemputnya, ibunya menginginkan dia pulang karena rindu yang sangat.

Temen-temen siswa putri dari kelas manapun pada berkumpul di tangga sekolah. bersimbah air mata melepaskan kepergian dia.
Mereka tidak bisa melupakan keberadaan si Mutiara yang cantik menawan itu, kebaikan budi nya, sopan dalam bicara, santun dalam bersikap....ah.. tidak sedikitpun yang tercela….mereka merasa kehilangan..


Saya juga terpengaruh, ter-haru, air mata ini sekuat apapun saya kuatkan... menetes juga
Saya merasakan ini tangisan saya yang pertama sejak saya menjadi dewasa, saya tidak pernah menangis, tapi hari ini saya tidak kuat untuk tidak menangis.

Ya Allah kuatkan iman kami
Dia menyalami saya sambil berbisik,
"Aku akan kerumahmu nanti malam, bersama dikMuji dan Ani untuk pamitan"
Saya mengangguk,
"saya tunggu"..kata saya lagi
Dia menggangguk sambil menyeka air matanya


Doa kami

Malam itu saya memakai baju yang paling saya suka, warna krem agak kekuningan.
Benar setelah sholat maghrib dia datang bersama Ani dan DikMuji
Bapak saya dan Ibu ada di desa Cobanblimbing, dirumah ini, hanya ada nenek dari ibu.
Dia memilih duduk di halaman depan yang agak gelap, nggak mau diruang tamu yang disediakan.
"Ayo sholat Isya dulu  " ajak saya, ketika adzan Isya, dikumandangkan dari Masjid Jami' di Kauman, depan pasar Wonorejo.

Mukena (pakaian sholat) punya nenek cuma satu, jadi kami bergantian, dia dengan saya duluan berjamaah.
Saya jadi imam dan dia makmum.
Alhamdulillah rasanya itu sholat yang paling khusuk yang pernah saya lakukan. 
Selesai salam, kami berdo'a :

Ya Allah
Segala puji bagimu
Perkenankan kami mengucapkan Syukur atas segala nikmat mu
Berikan kami ketabahan hati Ya Allah
Berikan kami kesabaran dan ketenangan dalam menghadapi cobaan mu ini Ya Allah
Kami hanya bisa berserah diri padamu, segala keputusan terbaik hanya ada padamu

Atas segala ridho dan perkenan mu, kemarin telah engkau pertemukan kami dan
atas segala kehendakmu juga, esok engkau akan pisahkan kami

Seandainya engkau pisahkan badan kami, janganlah engkau cabut rasa cinta kami ini, Ya Allah
Kami ikhlas akan semua ini Ya Allah
Ampunilah kami, berikanlah hamba petunjuk untuk meraih masa depan kami yang masih panjang ini
Berikanlah kekasih saya ini ya Allah keselamatan dalam perjalannya
Berikan dia hati yang lapang, ikhlas menerima apapun yang terjadi
Jadikanlah ia sebagai insan yang berbakti pada kedua orang tuanya
Amin,
Alfatihah

Dia menyambung..

Ya Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang
Ampunilah dosa kami
Berikanlah kami jalan yang terang
Jadikanlah kami dua anak manusia tidak putus tali silaturahim nya
Kami saling menyayangi Ya Allah
Seandainya Engkau kelak mempersatukan kami
Satukan lah kami dalam cinta yang saling mengasihi dan menyayangi seperti saat ini
Ya Allah
Berikanlah ridhomu atas kasih sayang kami ini
Semoga kedua orang tua kami merestui nya

Ya Allah yang Maha Kuasa
Kami ikhlas apapun kehendakmu atas masa depan kami nanti

Seandainya atas perkenan mu, kami menjadi dua keluarga yang berbeda
Jadikanlah keluarga kami, keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah

Pertemukan lah kami suatu saat kelak dalam keadaan yang damai dan bersaudara
Janganlah ada keinginan untuk saling memusuhi, dendam, benci atau apapun sifat yang tidak baik lainnya

Robbana atina fiddunya hasanah wafil akhiroti hasanatawwakina adzabbannar
Amin ya robbal alamin

Kami bersalaman, dia mencium tangan saya, dia menatap saya-saya menatap matanya, tangannya saya genggam sambil air mata ini berurai tak habis habisnya

hening.........sunyi… sepi…. kosong…. …..tanpa kata...
.
“Maafkan saya ..........” katanya memecah kesunyian malam
“saya juga minta maaf atas kealpaan dan kekhilafan saya,….Selamat jalan sayang, selamat sampai Masamba dan salam hormat  untuk Ayah dan Ibu mu disana”
“Semoga Allah masih berkenan mempertemukan kita kelak.. amin”

-----------------------------------------------------------------------

Lyric lagu  berikut ini serasa ada dalam hati kami, tapi populer beberapa tahun kemudian

......................... walau raga kita terpisah jauh
..........................namun hati kita selalu dekat
..........................bila kau rindu pejamkan matamu
..........................dan rasakan .........   aku

..........................kekuatan cinta kita tak kan pernah rapuh
..........................terhapus ruang dan waktu
..........................percayakan kesetiaan ini
..........................akan tulus ................  cintaku

Hari hari berikutnya, sepanjang perjalanan menuju kesekolah, sayup-sayup saya dengar dari  radio...
Seakan mewakili perasaan dan kegalauan hati saya.

……….Aku kenal dia…
……….Dalam Suatu masa…
……….Dia.. nya tersenyum
……….Melambaikan tangannya

……….Kusayangi dia…
……….Dalam segalanya….
……….Tapi kini dia…
……….Pergi jauh ke Masamba.. (maaf dirubah dikit)

……….Inilah kisah sedih yang kualami
……….Hilangnya gadis suci
……….Yang aku kasihi dalam hati

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

RINGKASAN TULISAN

Kisah dalam Blog ini saya mulai dari saat kecil saya. Peristiwa yang tidak bisa saya lupakan adalah hujan abu, ketika gunung agung di Bali meletus, ini membuat desa saya selama 3 hari 3 malam serasa malam, karena gelap terus sepanjang hari. Peristiwa G-30-S PKI adalah peristiwa berikutnya yg pernah saya alami dan terasa miris dan memilukan.

Sekolah SMP saya letaknya disebelah barat lapangan besaran. Luasnya hampir dua kali lapangan sepak bola. Di sebelah barat lapangan itu ada bangunan tua, bekas rumah atau kantor pejabat pemerintah Hindia belanda. Disana bangunan SMP saya itu berada.

Siswi baru itu ternyata pindahan dari sekolah lain. Sopan dalam bicara, santun dalam bersikap. Putih bersih kulitnya. Teman saya memberi julukan si Mutiara dari Masamba. Di bagian ini saya curahkan betapa cinta itu memberi energi yang luar biasa.

Dibagian cerita ini, saya merasakan begitu bahagia. Masa SMA adalah masa terindah. Agaknya saya berbeda dengan yang lain, karena di saat ini biasanya cinta itu tumbuh. Namun saya merasakan keberhasilan yang lain selain cinta. Bagi saya, cinta itu masih melekat dari masa sebelum ini.

Jatuh dan bangun dalam kehidupan saya rasakan disini. Sampai saya punya pendangan bahwa kebanggaan saya bukan karena tidak pernah gagal, tapi kebanggaan saya adalah bagaimana bisa bangkit setiap kali jatuh.

Adalah tulisan Prof. Andi Hakim Nasution, intinya menceriterakan bahwa di IPB ternyata tidak sedikit anak yang gak mampu dalam segi biaya seperti saya. Tulisan ini dikutip dari Majalah TEMPO 24 Januari 1976.

Adalah kumpulan kata mutiara cinta, ada sekitar 105 pasal. Anda dapat menambahkan kata mutiara cinta milik anda disini, kalau pengin lihat hasilnya Klik disini.

Blogger Template by Blogcrowds