Lapangan Be-sa-ran

Lapangan Be-sa-ran , itu orang-orang desa menyebutnya. Suatu tanah lapang yang cukup luas, hampir dua kali lapangan sepak bola. Di sebelah barat lapangan itu ada bangunan tua, bekas rumah atau kantor pejabat pemerintah Hindia belanda. Nah SMP saya, menempati sebagian dari gedung tua itu. sebelah baratnya lagi ada pabrik tembakau yang lumayan besar.
Pak Giyono, P. Joeswadi, P. Syahrodji, P. Amar, P Sujud, P. Djumari, P. Ong, P. Hadjuni, itulah sebagian dari Guru SMP saya.
Rata-rata guru SMP saya adalah  guru yang mengajar di SD, ada beberapa yang menjadi kepala sekolah SD. Sehingga sekolah kami bisanya belajar siang hari.
Kelas satu sampai kelas tiga, masing-masing satu kelas, semua masuk siang, kecuali hari-hari tertentu masuk pagi untuk olah raga yang diasuh oleh P. Ong  (P. Sumarsongko), dari kota Pasuruan
Saya datang sendiri untuk mendaftar sebagai siswa. Tidak ada acara membayar buku atau seragam dan tidak ada tes-tes segala. Asal ada foto copy ijasah, sama ngisi formulir, beres, langsung diterima.
Hari-hari pertama masuk sekolah  gak pake sepatu, tapi siang itu matahari begitu panas menyengat, saya pakai sandal jepit dan lama kelamaan, mungkin biar kelihatan sedikit keren, kami diharuskan pakai sepatu. Merk sepatu yang terkenal waktu itu adalah Ba_ta dan Han_na.
Merasa iri juga sama teman-teman yang sekolah di SMPN1 Pasuruan dengan seragam putih-biru nya, pagi mereka berangkat dan siangnya pulang.
Berangkat dan pulang naik bis, wah keren banget kelihatannya.
Ada beberapa temen SD, Ali, Ga-tot dan Fadil tidak melanjutkan ke SMP, tapi mereka melanjutkan ke Pesantren Sidogiri Pasuruan,
Kelas 1 SMP nggak ada cerita yang menarik, kecuali kejadian waktu mau upacara 17 Agustus 1971 di lapangan be-sa-ran, kaki saya terkilir, meniru Bruce Lee meloncat, brugggg ...
pergelangan kaki jatuh duluan.
Berminggu-minggu nggak sekolah sampai dibawa ke dukun urut dokter tulang di Pasuruan.
Naik kelas 2 agak seru, terpilih sebagai ketua OSIS.
Pertama kali sih bangga, tapi lama kelamaan pusing juga, bayangkan, sisa kas nol, sedangkan program yang akan dijalankan banyak, wah susah juga.
Dalam rapat  pengurus OSIS, kami bahas kegiatan apa yang murah meriah tapi kalau bisa sekaligus menghasilkan uang.
Semua usulan kami periksa dan dari sejumlah masukan yang bisa Go adalah majalah dinding dan Buka Kedai Cukur Rambut, sedangkan yang lain NoGo.
Untuk majalah dinding (MADING),  pelaksanaannya tidak sulit. Cari triplek di kasih bingkai, di kasih tulisan siapa penanggung jawab, puisi-puisi yang agak cengeng dikit dan guntingan berita-berita yang menarik plus pengumuman yang nggak penting, selesai.
Wah responnya lumayan asyik.  Dari jauh saya perhatikan, ada yang lihat-lihat dan membaca, tapi ada juga yang cuek bebek tidak peduli sama sekali.
Program kedua buka kedai cukur rambut, ceritanya begini, ada satu temen namanya Samsudi, temen satu ini dari SD sudah bisa mencukur rambut, beberapa teman-teman termasuk saya sering cukur rambut ke dia, lumayan bagus sih, gratis lagi.
Nah dari situlah usulan buka lapak cukur rambut disetujui. Dia setuju sebagai satu-satunya tukang cukur yang piawai, peminatnya lumayan ada, yaitu siswa laki-laki yang punya rambut.
Analisa dilakukan cukup comprehensive, kesimpulan sementara bahwa usaha dibidang ini cukup feasible dan marketable. Masalahnya modalnya dari mana?.
Sebagai ketua saya menghubungi kepala Sekolah Bapak-Yoeswadi,  ternyata gagal, dengan sedikit basa basi beliau menolak usulan kami, khususnya yang berkaitan dengan biaya tersebut.
Saya dan teman-teman tidak patah arang atau tidak patah semangat, kami yakin usaha ini pasti berhasil mengingat sumber daya yang ada dan pangsa pasar cukup menjanjikan,  captive market nya bagus kata orang jaman sekarang.
Kami coba go publik, bikin proposal, (bukan ala propesional tapi ala kadarnya), kami bundel rapi dan kami bikin list, siapa saja yang akan kami jadikan sasaran tembak.
Orang tua murid yang kelihatan mampu, misalnya saudagar-saudagar di pasar, para pejabat desa sampai ke Camat Wonorejo. Kami mengerahkan sales force yang tahan banting, terdiri dari siswi yang cantik-cantik,  hasilnya sungguh sangat menyenangkan.
Semua anggaran belanja terpenuhi, hingga bisa membeli mulai dari gunting rambut yang paling mutakhir, gunting biasa, bedak, sisir, kain pelindung, sabun dan asesorisnya sampai tempat duduk dan kaca hias.
Semua dibeli di kota Pasuruan bersama ahli cukur Samsudi tentunya.
Siswa-siswa yang mau cukur rambut harus membayar dan datang pagi sebelum pelajaran dimulai, supaya tidak menggangu proses belajar dan mengajar.
Duit terkumpul cukup untuk menggerakkan roda organisasi siswa intra sekolah SMP PGRI Wonorejo.
Sebagai ketua OSIS saya selalu memimpin upacara bendera setiap tanggal 17an, rupanya pada suatu upacara bulanan itu ada yang sial.
Ketika  bendera sedang dinaikkan  di tiang ... eh...tiba-tiba kawat pengait-tali-nya yg terletak diatas tiang itu putus, (mungkin karena karatan dan kena gesekan tali bendera),  tidak ayal bendera jatuh melayang kebumi. Tanpa mengurangi kekhidmatan, upacara kami tunda sejenak.
Untunglah didekat situ ada cangkir dari kaleng, kemudian tiang bendera kita rebahkan, pasang cangkir tadi secara terbalik dan tali bendera dikaitkan ke pegangan cangkir. Nah pengibaran bendera diulang lagi dengan tetap khidmad, alhamdulillah.
Setiap bulan Agustus, panitia perayaan 17 Agustus mengadakan lomba-lomba tingkat kecamatan. Suatu kali  saya ikut lomba kerajinan tangan, dengan membuat gambar para punokawan (Semar, Petruk Gareng) dari triplek dan diberi warna cat untuk hiasan dinding. Hasilnya lumayan dapat juara I tingkat SMP dan hadiahnya berupa  buku tulis...

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

RINGKASAN TULISAN

Kisah dalam Blog ini saya mulai dari saat kecil saya. Peristiwa yang tidak bisa saya lupakan adalah hujan abu, ketika gunung agung di Bali meletus, ini membuat desa saya selama 3 hari 3 malam serasa malam, karena gelap terus sepanjang hari. Peristiwa G-30-S PKI adalah peristiwa berikutnya yg pernah saya alami dan terasa miris dan memilukan.

Sekolah SMP saya letaknya disebelah barat lapangan besaran. Luasnya hampir dua kali lapangan sepak bola. Di sebelah barat lapangan itu ada bangunan tua, bekas rumah atau kantor pejabat pemerintah Hindia belanda. Disana bangunan SMP saya itu berada.

Siswi baru itu ternyata pindahan dari sekolah lain. Sopan dalam bicara, santun dalam bersikap. Putih bersih kulitnya. Teman saya memberi julukan si Mutiara dari Masamba. Di bagian ini saya curahkan betapa cinta itu memberi energi yang luar biasa.

Dibagian cerita ini, saya merasakan begitu bahagia. Masa SMA adalah masa terindah. Agaknya saya berbeda dengan yang lain, karena di saat ini biasanya cinta itu tumbuh. Namun saya merasakan keberhasilan yang lain selain cinta. Bagi saya, cinta itu masih melekat dari masa sebelum ini.

Jatuh dan bangun dalam kehidupan saya rasakan disini. Sampai saya punya pendangan bahwa kebanggaan saya bukan karena tidak pernah gagal, tapi kebanggaan saya adalah bagaimana bisa bangkit setiap kali jatuh.

Adalah tulisan Prof. Andi Hakim Nasution, intinya menceriterakan bahwa di IPB ternyata tidak sedikit anak yang gak mampu dalam segi biaya seperti saya. Tulisan ini dikutip dari Majalah TEMPO 24 Januari 1976.

Adalah kumpulan kata mutiara cinta, ada sekitar 105 pasal. Anda dapat menambahkan kata mutiara cinta milik anda disini, kalau pengin lihat hasilnya Klik disini.

Blogger Template by Blogcrowds