Kembali ke Masamba
Makan rujak cingur adalah makanan kegemaran kami setelah bakso, adalah yu Ti, penjual rujak yang warungnya ada di sebelah utara bangunan sekolah itu, kira-kira dua ratus meter jaraknya.
Sering kami makan disana.
Rujak dua piring, kolek (kolak) pisang, dua porsi, GPL- (jangan lama-lama)
Kebiasaan dia, ketika piring rujak dihidangkan, langsung dijadikan satu piring, kami makan berdua satu piring.
Dengan manja dia minta disuapi, saya juga dia yang menyuapi,
Yu Ti melirik ke kami sambil menyiapkan rujak pesanan orang lain dan geleng-geleng kepala. "hmm.. anak jaman sekarang " gerutunya...
Hari itu hari Jum'at, memang waktu hari kamis kemarin, saya minta dia datang lebih awal agar bisa makan rujak berdua.
Sambil kepedasan, dia ngajak jalan ke Banyubiru, selasa depan karena libur. Banyubiru adalah sebuah kolam renang yang terletak di kaki gunung semeru dekat umbulan. Umbulan sendiri adalah sumber/mata air yang volume nya sangat besar, kelak umbulan ini menjadi pemasok air minum untuk kota Surabaya.
"Kamu pernah ke kolam renang Banyubiru ?" katanya sambil menahan rasa pedas
"Pernah sih dulu, dua kali "
"Apa pemandangannya indah......?"
"Lumayan, disana ada sumber air umbulan, panorama disekitarnya bagus, nampak dari sana lereng gunung semeru yang indah" kata saya berpromosi
"Aku pengin kesana, mau antar nggak"
"Ngajak siapa saja?"
"Kita berdua saja"
"Ok ... ," kata saya,
"tapi...." belum selesai saya bicara dia memotong,
"Kali ini, aku yang bayar, sekali-kali boleh bukan?", kata dia
"Uang kiriman dari Masamba hanya untuk beli buku dan alat tulis", dia menimpali
"Ya sudah, makasih sudah bikin repot" kata saya tanpa ada rasa malu atau gengsi karena saya merasa sangat dekat.
Saya membayangkan keindahan alam disekitar kolam renang Banyubiru .........yang memang elok itu. Kami berjalan berdua, bergandengan tangan, duduk dibawah pohon rindang, ngobrol….
Sepanjang malam itu, saya memikirkan, acara apa ya yang cocok, kalau cuma ngobrol dan makan wah nggak seru.
Mungkin nyanyi berdua, tapi gimana gitarnya, kalau bawa dari rumah..eh nggak deh... malu..sekali
Tapi bagaimanapun saya siapkan tiga syair lagu, satu lagu untuk dia nyanyikan, satu untuk saya dan satu lagi duet he he he.
Setiap lagu saya sisipkan juga cordnya biar tidak lupa, siapa tahu ada rombongan anak-anak muda yang bawa gitar, kita bisa bersama menyanyi sejenak.
Ah... hanya lamunan..
Dan barangkali itulah harapan kami yang paling indah -- tapi tidak pernah menjadi kenyataan..........
kenapa ? ..............
Langit diatas desa Wonorejo terlihat agak mendung, padahal masih musim kemarau, angin berembus kadang-kadang sepoi-sepoi tapi tiba-tiba berembus kencang menggoyang ranting dan dahan, daun kering berjatuhan seiring datangnya angin kencang itu.
Hari itu Sabtu tahun 1973 Mbak Lasmi, kakaknya dia, datang dari Ujung Pandang untuk menjemputnya, ibunya menginginkan dia pulang karena rindu yang sangat.
Temen-temen siswa putri dari kelas manapun pada berkumpul di tangga sekolah. bersimbah air mata melepaskan kepergian dia.
Mereka tidak bisa melupakan keberadaan si Mutiara yang cantik menawan itu, kebaikan budi nya, sopan dalam bicara, santun dalam bersikap....ah.. tidak sedikitpun yang tercela….mereka merasa kehilangan..
Saya juga terpengaruh, ter-haru, air mata ini sekuat apapun saya kuatkan... menetes juga
Saya merasakan ini tangisan saya yang pertama sejak saya menjadi dewasa, saya tidak pernah menangis, tapi hari ini saya tidak kuat untuk tidak menangis.
Ya Allah kuatkan iman kami
Dia menyalami saya sambil berbisik,
"Aku akan kerumahmu nanti malam, bersama dikMuji dan Ani untuk pamitan"
Saya mengangguk,
"saya tunggu"..kata saya lagi
Dia menggangguk sambil menyeka air matanya
Posting Komentar