Tamu biadab tak diundang

Seiring dengan pemulihan ekonomi peternakan, kegiatan es mambo perlahan-lahan surut. Kesibukan berupa jadwal harian dan mingguan mulai sibuk, hal ini menandakan roda perekonomian sudah mulai pulih kembali, berarti tanda tanda kehidupan ikut membaik.

Malam semakin sunyi, burung hantu sudah mulai sering mengatupkan matanya, sementara kelelawar masih terbang kesana-kemari mencari  mangsa.
Hery dan adik saya Anang baru saja tertidur sehabis diskusi panjang lebar entah apa saja yang diperbincangkan, saya masih harus mengetik menyelesaikan beberapa lembar lagi paper saya.  Pembantu sudah hampir sebulan ini pulang kampung karena ada keluarganya yang hajatan.
Pagi tadi saya sudah konsultasi dengan Dosen Pembimbing Prof. Soeharjo, ada beberapa analisa yang harus dipertajam dan data yang ada, agar di update. Tidak sulit, karena saya melakukan Praktek lapang di Perusahaan saya bekerja ini dan tugas akhir saya adalah dalam bentuk Paper yang saat ini saya susun. Paper ini pada waktunya nanti akan diuji oleh beberapa dosen sebagai penguji. Namun sebelum itu, paper ini diseminarkan terlebih dahulu disuatu forum terbuka dihadiri oleh Mahasiswa dan Dosen.

Saya lihat sudah jam 12 lewat, saya merasa lelah sekali, berkali-kali menguap dan belum sempat merapikan ketikan saya yang terakhir tadi, saya sudah ikut tertidur. Mesin ketik inventaris kantor itu masih terselip kertas, belum sempat saya ambil, toh besok masih saya pakai lagi.
Sulitnya pakai mesin Tik, satu kata saja salah, maka harus mengulang satu lembar, tidak ada cara lain. Karena itulah lamanya bikin paper karena faktor yang kayak begitu. Belum lagi kalau nggak ada mood untuk nulis.
Rata-rata temen mahasiswa biasanya menyuruh tukang ketik untuk menulis, mereka siapkan bahannya dan serahkan tukang ketik beres.
Perasaan mata ini baru terlelap, tiba-tiba ada suara orang mendobrak pintu dengan kasar. Ternyata benar  ada sekitar 5 orang masuk rumah dengan muka tertutup-seperti ninja, tangannnya menghunus pedang dan pisau mengkilat.
Tanpa ba bibu, mereka mengikat tangan kami bertiga diatas kasur, sambil mengancam akan membunuh kami bila kami berteriak.
Radio, baju-baju, Jaket Korea sepatu, kalkulator dan…. Mesin ketik yang masih ada tulisan sedikit itu semua dibawa oleh perampok itu.
Masih tidak puas dengan hasil jarahannya itu, salah seorang dari mereka bertanya
“Kalian taruh dimana uang2 kantor heh?”
“Kami nggak bawa kang..” kata saya sambil berharap belas kasihan
“Bohoooong” katanya sambil tangannya menapar muka saya
Kami bertiga masih diam diatas kasur sambil tangan diikat, tidak berani berbuat apa-apa. Kasur yang kami tiduri itu diangkat kiri kanan. Sampai kami bertumpuk kesana kemari.
Peti Kas yang saya sembunyikan diantara tumpukan baju ditemukan oleh mereka, uang yang ada dikuras habis.. Isinya kira-kira ada 260 ribu rupiah..
Dompet2 kami pun digeledah, nggak ada uangnya, makin gusar mereka.
Mereka keluar, sunyi, sepi nggak kedengaran apa2, mungkin mereka sedang siap-siap mau pulang atau pergi ketempat lain.

Saya dan Hery saling membelakangi, tangan Hery mencari simpul tali yang mengikat tangan saya.  Tangan bisa terlepas, eh belum sempat lega, salah seorang mereka masuk lagi….
Waduh celaka....., tangan saya diikat lebih keras lagi sampai  sakit rasanya pergelangan ini.
Setelah itu mereka kabur.
Tangan saya sudah sulit dibuka, kini giliran tangan adik saya yang dibuka oleh Hery dan berhasil.
Dengan tangan bebas adik saya membuka ikatan tangan Hery dan mereka bersama-sama membuka ikatan tangan saya.
Kami nggak berani langsung keluar, mengamati suasana dulu, setelah benar-benar aman baru kami keluar. Yang kami lihat dulu adalah kondisi Penjaga malam P. Masin.
Beliau terlihat duduk dikursi didalam kantor dengan mulut disumpal dengan buah papaya mentah, kedua kaki  dan tangan diikat dengan kawat baja.
Kami buka ikatannya dan keiihatan dia shock.
Kami berteriak sekuat kami berteriak di kegelapan malam. Hampir jam 3 pagi saat itu.
Teriakan suara kami sekeras itu seakan hilang ditelan malam, tiada gema sama sekali tidak ada satupun orang yang datang menolong
Mungkin ada yang lapor, pagi itu Polisi datang dengan membawa anjing pelacak, wartawan dari berbagai media. Awalnya diwawancarai wartawan ada rasa senang, tapi lama-lama bosan juga, yang ditanyai itu-itu saja dan jawabannyan itu-itu juga.
Ternyata malam itu ada tiga kejadian serupa, berupa perampokan sadis  yang menimpa desa ini. Berita tersebut saya dapatkan dari wartawan2 yang mewawancarai itu.
Hari  itu Hery dijemput Bapaknya suruh pulang, adik saya juga minta ijin pulang kampung dan tinggallah saya sendiri.
Keesokan harinya beberapa surat kabar ibukota merilis berita itu, temen dan kenalan pada berdatangan ikut bela sungkawa.  Dalam kesendirian ini saya betul2 merasa cemas dan khawatir, jangan2 rampok itu datang lagi, sakit hati gara dia baca di Koran misalnya.

Apalagi kalau malam hari, suasana begitu mencekam, suatu saat saya berjanji, kalau selesai pelantikan sarjana nanti ada perusahaan yang memanggil saya bekerja, saya akan datang memenuhi, apapun jenis usahanya, agar saya bisa keluar dari rasa cemas ini.

Saya coba datangi Emma dan Endang kerumahnya, ternyata mereka sudah lulus,  Endang sudah pindah ke London menjadi Warga Negara Inggris dan Emma menjadi warga Negara Belanda, tinggal di Amsterdam, mereka pindah kesana ikut suami masing2.

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

RINGKASAN TULISAN

Kisah dalam Blog ini saya mulai dari saat kecil saya. Peristiwa yang tidak bisa saya lupakan adalah hujan abu, ketika gunung agung di Bali meletus, ini membuat desa saya selama 3 hari 3 malam serasa malam, karena gelap terus sepanjang hari. Peristiwa G-30-S PKI adalah peristiwa berikutnya yg pernah saya alami dan terasa miris dan memilukan.

Sekolah SMP saya letaknya disebelah barat lapangan besaran. Luasnya hampir dua kali lapangan sepak bola. Di sebelah barat lapangan itu ada bangunan tua, bekas rumah atau kantor pejabat pemerintah Hindia belanda. Disana bangunan SMP saya itu berada.

Siswi baru itu ternyata pindahan dari sekolah lain. Sopan dalam bicara, santun dalam bersikap. Putih bersih kulitnya. Teman saya memberi julukan si Mutiara dari Masamba. Di bagian ini saya curahkan betapa cinta itu memberi energi yang luar biasa.

Dibagian cerita ini, saya merasakan begitu bahagia. Masa SMA adalah masa terindah. Agaknya saya berbeda dengan yang lain, karena di saat ini biasanya cinta itu tumbuh. Namun saya merasakan keberhasilan yang lain selain cinta. Bagi saya, cinta itu masih melekat dari masa sebelum ini.

Jatuh dan bangun dalam kehidupan saya rasakan disini. Sampai saya punya pendangan bahwa kebanggaan saya bukan karena tidak pernah gagal, tapi kebanggaan saya adalah bagaimana bisa bangkit setiap kali jatuh.

Adalah tulisan Prof. Andi Hakim Nasution, intinya menceriterakan bahwa di IPB ternyata tidak sedikit anak yang gak mampu dalam segi biaya seperti saya. Tulisan ini dikutip dari Majalah TEMPO 24 Januari 1976.

Adalah kumpulan kata mutiara cinta, ada sekitar 105 pasal. Anda dapat menambahkan kata mutiara cinta milik anda disini, kalau pengin lihat hasilnya Klik disini.

Blogger Template by Blogcrowds