Tour de Bali

Bersepeda adalah hobby saya yang tidak boleh ketinggalan. Dari kecil saya senang bersepeda apalagi sekarang ke sekolah yang cukup jauh, harus naik sepeda.
Saya iri dengan cerita bapak, katanya beliau dengan berseragam pandu waktu remajanya, bersepeda dari Pasuruan ke Jogya, wah hebat pikir saya.

Atas rasa penasaran itu, sewaktu hari libur semesteran saya mengajak teman  teman naik sepeda onthel dari Probolinggo ke Denpasar.
Ini Ide Gila, tapi mereka menerima tantangan ini. Tour de Bali kami menyebutnya.
Mereka, teman-teman saya yang gila sepeda itu adalah Kisworo, Didik, Gentong, Harnoko, Suyadi, Endro dan Saya sendiri
Berangkat lewat jalur selatan (Probolinggo-Lumajang-Jember-Banyuwangi), pemberhentian pertama di desa Tempeh Lumajang, kemudian berhenti sebentar di Tanggul di rumah Muji, dilanjutkan ke kota Jember kerumah Siti Watoniah, istirahat dan tidur malam.
Siti dan Muji adalah teman sekelas kami, kebetulan rumah  mereka disana.
Subuh dinihari tour de Bali dilajutkan, Etape ini berhenti di Banyuwangi kerabatnya Gentong.
Disini Gentong mengalami sakit perut yang serius rupanya, terlihat dari cara meringisnya. Kami sempat pesimis, apakah tour de Bali ini bisa dilanjutkan. Untunglah sakit perutnya gentong bisa teratasi dan paginya kami menyeberang ke pulau Dewata.
Menikmati semilir angin diatas fery penyeberangan sedikit dapat menghalau rasa capek.
Selesai melakukan cek sekedarnya, perjalanan dilanjutkan menyusuri daratan pulau dewata.
Untuk menghemat waktu kami putuskan istirahat hanya malam hari, sampai dimana saja. Ternyata malam pertama itu kami berhasil memasuki daerah Negara. Karena gak punya saudara atau teman, kami putuskan tidur di sebuah tempat penggilingan padi di pinggir jalan, badan kena sekam dan  bekatul jadi gatal2 semua.
Ada sungai kecil dekat situ, kami madi ramai-ramai. Makan pagi di warung kecil dengan lauk ala kadarnya. Selesai mengisi jerigen  dengan air putih, perjalanan dilanjutkan menuju Denpasar.
Sebelum sampai di Denpasar, kira2 di daerah Tabanan, Tiba2 Yadi meluncur mendahului, selang tidak berapa lama, dia terjatuh di jalan turunan. ada luka kecil dan lecet di dengkulnya, akhirnya kami sepakat Yadi harus naik truk, diangkut ke Denpasar sendirian, nggak tahu kemana waktu itu, tapi diberi catatan, kalau sampai Denpasar supaya cari alamat yang disebutkan dalam catatan itu.
Dengan segala puji dan syukur, akhirnya kami sampai juga di Denpasar.
Kami menuju rumah saudaranya Kisworo di daerah dekat pantai Sanur. Rupanya Yadi sudah nunggu disana. Setelah puas putar putar kota Denpasar dan sekitarnya , antara lain ke Sanur, Kuta dll,  keesokan harinya kami pulang ke Probolinggo.
Pulangnya lewat jalur utara (Banyuwangi-Situbondo-Kraksaan-Probolinggo). Sampai di Paiton Situbondo, kami berhenti makan di rumah makan miliknya Bulek Sulimah. Bulek Sulimah adalah saudara ibu, buka “Warung Kroncong” namanya, sudah sekitar lima tahunan didaerah ini, lumayan kenyang dan makan gratis.
Terima kasih bulek Sulimah..
Dilanjutkan ke kota Probolinggo dan sampai dirumah menjelang tengah malam. Berita yang sangat mengejutkan saya terima bahwa bulek telah wafat tadi pagi  dan dimakamkan di Surabaya tadi sore.
Innalillahi wainna illaihi rojiun,....
Pagi harinya saya naik bis menuju Surabaya, diantar oleh family bulek yang ada di Surabaya,  saya langsung ke makam bulek, . Saya meneteskan air mata, memanjatkan doa untuk bulek yang telah merawat saya selama di Probolinggo dan sempat juga merawat MdM waktu sakit dan mau kekota Batu waktu itu,.selamat jalan bulek, mudah2 an Allah menerima Amal Ibadah  Bulek dan Arwah Bulek diterima disisiNya amin

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

RINGKASAN TULISAN

Kisah dalam Blog ini saya mulai dari saat kecil saya. Peristiwa yang tidak bisa saya lupakan adalah hujan abu, ketika gunung agung di Bali meletus, ini membuat desa saya selama 3 hari 3 malam serasa malam, karena gelap terus sepanjang hari. Peristiwa G-30-S PKI adalah peristiwa berikutnya yg pernah saya alami dan terasa miris dan memilukan.

Sekolah SMP saya letaknya disebelah barat lapangan besaran. Luasnya hampir dua kali lapangan sepak bola. Di sebelah barat lapangan itu ada bangunan tua, bekas rumah atau kantor pejabat pemerintah Hindia belanda. Disana bangunan SMP saya itu berada.

Siswi baru itu ternyata pindahan dari sekolah lain. Sopan dalam bicara, santun dalam bersikap. Putih bersih kulitnya. Teman saya memberi julukan si Mutiara dari Masamba. Di bagian ini saya curahkan betapa cinta itu memberi energi yang luar biasa.

Dibagian cerita ini, saya merasakan begitu bahagia. Masa SMA adalah masa terindah. Agaknya saya berbeda dengan yang lain, karena di saat ini biasanya cinta itu tumbuh. Namun saya merasakan keberhasilan yang lain selain cinta. Bagi saya, cinta itu masih melekat dari masa sebelum ini.

Jatuh dan bangun dalam kehidupan saya rasakan disini. Sampai saya punya pendangan bahwa kebanggaan saya bukan karena tidak pernah gagal, tapi kebanggaan saya adalah bagaimana bisa bangkit setiap kali jatuh.

Adalah tulisan Prof. Andi Hakim Nasution, intinya menceriterakan bahwa di IPB ternyata tidak sedikit anak yang gak mampu dalam segi biaya seperti saya. Tulisan ini dikutip dari Majalah TEMPO 24 Januari 1976.

Adalah kumpulan kata mutiara cinta, ada sekitar 105 pasal. Anda dapat menambahkan kata mutiara cinta milik anda disini, kalau pengin lihat hasilnya Klik disini.

Blogger Template by Blogcrowds